A. Benturan
kepentingan (conflict of Interest)
Kategori situasi benturan kepentingan
(conflict of interest) tertentu, sebagai berikut:
1. Segala konsultasi atau hubungan
lain yang signifikan dengan atau berkeinginan mengambil andil di dalam
aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing (competitor).
Contoh:
Seorang karyawan disebuah perusahaan
memeliki usaha dibidang penyedian bahan baku, dan kemudian karyawan tersebut
berusaha menggantikan aktifitas pemasok lain dengan memasukkan pasokan bahan
baku dari usaha yang dia miliki tersebut ke perusahaan tempat dia bekerja.
2. Segala kepentingan pribadi yang
berhubungan dengan kepentingan perusahaan.
Contoh:
Ketika seorang karyawan mendapatkan
tugas keluar kota dari perusahaan tempat dia berkerja dia memanfaatkan sebagian
dari waktu tersebut untuk sekalian berlibur dengan anggota keluarganya.
3. Segala hubungan bisnis atas nama
perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan keluarga (family) atau
dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.
Contoh:
Seorang karyawan di suatu perusahaan
memasukkan anggota keluarganya untuk dapat menempati suatu posisi di perusahaan
tersebut tanpa harus melewati tahapan recruitment seperti para pencari kerja
lainnya.
4. Segala posisi dimana karyawan dan
pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh atau control terhadap evaluasi hasil
pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada hubungan keluarga
Contoh:
Seorang manajer memberikan evaluasi
hasil kerja yang baik terhadap anggota keluarganya yang bekerja di perusahaan
itu juga, padahal kinerja dari anggota keluarganya itu tidak sesuai dengan
hasil laporan yang dilaporkan oleh manajer tersebut.
5. Segala penggunaan pribadi maupun
berbagai atas informasi rahasia perusahaan demi suatu keuntungan pribadi,
seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang milik perusahaan atau produk,
yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut
Contoh:
Seorang karyawan disuatu perusahaan
memberikan atau membocorkan rahasia perusahaan kepada temannya yang berkerja
disuatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha yang sama.
6. Segala penjualan pada atau
pembelian dari perusahaan yang menguntungkan pribadi
Contoh:
Perusahaan membeli kendaraan untuk
menunjang kegiatan operasional perusahaan, tetapi salah satu karyawan
diperusahaan tersebut menggunakan kendaraan tersebut untuk berekreasi ke suatu
tempat.
7. Segala penerimaan dari keuntungan,
dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan
Contoh:
Perusahaan menjual salah satu asetnya
kepada perusahaan lain dengan harga yang telah dimanipulasi sehingga perusahaan
memperoleh keuntungan yang besar.
8. Segala aktivitas yang berkaitan
dengan insider trading atas perusahaan yang telah go public yang merugikan
pihak lain.
Contoh:
Seorang karyawan dalam memberikan
informasi kepada manajer investainya tentang efek yang diperdagangkan yang
dimana informasi tersebut tidak disediakan oleh emiten, dan orang dalam
tersebut melakukan transaksi atas efek perusahaan tersebut.
B. Etika
dalam tempat kerja
Etika bisnis sangat penting untuk
menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, serta untuk memberi citra positif
pada perusahaan tempat Anda bekerja. Meski ada sekelompok orang yang lebih
mementingkan ketrampilan teknis dan kecerdasan, namun sekarang makin banyak
perusahaan yang lebih memilih karyawan yang mampu bertata krama dengan sejawat,
terlebih pada klien. Seperti kata John Rockefeller (industriawan terkemuka
Amerika di era-1870-an, pendiri cikal bakal Exxon Mobile), “Kamampuan bertata
krama terhadap orang lain akan saya nilai lebih tinggi daripada kemampuan-kemampuan
lain”.
Sikap baik menurut suatu tata krama
bukan berarti bersikap sebagai seorang yang tahu segalanya atau mengoreksi
kesalahan orang lain. namun suatu usaha untuk menghormati pihak lain dan
memperlakukan mereka dengan sopan dan baik.
Banyak etika yang berlaku di tempat
kerja, namun ada beberapa yang perlu Anda cermat:
1. Menghormati Budaya
Kerja Perusahaan Anda.
Bila budaya kerja perusahaan tempat Anda
bekerja bersifat santai dan kasual, jangan mengenakan suits mahal dari butik
perancang italia. Hal ini disamping akan membuat Anda ‘berbeda’ juga
dimungkinkan menimbulkan kecemburuan sosial dari rekan-rekan sejawat Anda. Jadi
bagian dari mereka.
2. Hormat Senior Anda dan
lakukan sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan.
Banyak perusahaan punya tingkat hierarki
sendiri, pelajari dan sesuaikan sikap Anda pada tiap tingkatan. Misal: Jangan
anggap bos seperti teman bermain atau bercanda.3. Hormati Privacy Orang
Lain.
Meski Anda bekerja dengan banyak orang,
Anda harus tahu secara pasti batas-batas pribadi mereka Jangan sok akrab dengan
melakukan pendekatan yang tidak perlu.
4. Hormati Cara Pandang Orang
Lain.
Selesaikan pertentangan yang terjadi
dengan luwes. Kenali perbedaan pendapat tentang agama, politik, moral serta
gaya hidup masing-masing orang, tapi jangan paksakan apa yang menjadi keyakinan
Anda.
5. Tangani Beban Kerja Anda
Tanpa perlu melimpahkannya pada orang
lain. Stres memang tidak dapat dihindari, namun saat mengalaminya Anda harus
menyalurkannya pada hal yang lebih positif, tanpa perlu marah atau membentak
rekan kerja Anda.
6. Bersikap Sopan Pada Semua
Orang Di Kantor.
Bahkan jika posisi Anda sudah lumayan
tinggi sekalipun, bukan berarti Anda dapat memerintah bawahan dengan
sewenang-wenang. Karena semua orang berhak dihormati dan didengar pendapatnya.
7. Tidak Semena-mena Menggunakan
Fasilitas Kantor
Perlu Anda ketahui bahwa peralatan
kantor disediakan untuk memudahkan kerja banyak pihak, jadi rawatlah baik-baik
semua fasilitas yang Anda pakai. Dan hindari penggunaan fasilitas kantor untuk
kepentingan pribadi. Misalnya, menggunakan mobil dinas untuk
keperluan-keperluan kantor dsb.
C. Akuntabilitas sosial
Akuntabilitas sosial
merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan
pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan
penyelenggara pemerintah.
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara
lain :
a. Untuk mengukur dan mengungkapkan
dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan
b. Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
b. Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social auditing.
c. Untuk menginternalisir biaya sosial
dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.
Salah satu alasan utama kemajuan
akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi
dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1. Menentukan biaya dan manfaat
sosialSistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya
sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa
jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara
spesifik
2. Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaatSaat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
2. Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaatSaat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah
akhir.Tanggung Jawab Sosial BisnisDunia bisnis hidup ditengah-tengah
masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh bisnis. Banyak
kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan
lingkungan.
Banyak timbul perbedaan pendapat
mengenai bahwa tanggungjawab bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang
dan jasa buat konsumen dengan harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan
tanggungjawab bisnis adalah jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang
sewajarnya.Dalam dunia bisnis juga semua orang tidak mengharapkan memperoleh
perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak praktik manipulasi tidak akan
terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi.
Moral dan tingkat kejujuran rendah akan
menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri, karena masalahnya nilai
etika hanya ada di dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern
dalam hati, berbeda dengan hokum yang mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan
tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang bisnis yang dilandasi
oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku jujur akan
memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam duniawi maupun
akhirat.
D. Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama
perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis
yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis
‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai
krisis.Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil
beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi
(kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok
kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal
bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera
(immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai
manajemen krisis (crisis
management).
Saat ini, manajemen krisis dinobatkan
sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalah respon pertama
perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis
yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik sebagai respon
terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu meyakinkan
para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas akan kemampuan
organisasi melewati masa krisis.
Aspek dalam Penyusunan Rencana BisnisSetidaknya
terdapat enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana
bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi darurat (emergency respon.
2. Skenario untuk pemulihan dari bencana
(disaster recovery)
3. Skenario untuk pemulihan bisnis
(business recovery)
4. Strategi untuk memulai bisnis kembali
(business resumption)
5. Menyusun rencana-rencana kemungkinan
(contingency planning), dan6. Manajemen krisis (crisis management).Penanganan
Krisis Pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis, perusahaan perlu
membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah
mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian
menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang
berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan
informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada
pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan
dengan krisis yang terjadi.
Dalam menghadapi krisis dibutuhkan
kepemimpinan yang efektif. Sang pemimpin mesti mengetahui tujuan dan strategi
yang jelas untuk mengatasai krisis. Tentu harus dilandasi oleh rasa optimisme
terhadap penyelesaian krisis. Mintalah dukungan dari semua orang, dan tunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghadapi krisis yang terjadi ini dengan baik.
Tenangkan hati mereka. Ajaklah seluruh anggota organisasi untuk terlibat dalam
mencari dan menjalani solusi krisis yang telah disusun bersama.
Salah satu permasalahan yang dihadapi
oleh manajemen perusahaan adalah situasi krisis yang melanda perusahaan.
Berbagai contoh krisis perusahaan adalah kasus penyedap makanan Ajinomoto yang
diduga terbuat dari bahan berasalah dari babi. Sebelumnya pernah juga terjadi
krisis yang melanda pabrik biskuit dari pabrik susu yang terkait dengan isu
biskuit beracun dan isu pengunaan lemak babi.Kedua masalah tersebut telah
berkembang menjadi isu nasional dan telah melibatkan banyak pihak di dalam
penanganannya. Implikasi dari kedua masalah tersebut tidak hanya berpengaruh
terhadap perusahaan besar, tetapi juga telah membuat perusahaan kecil dan
pedagang kecil ikut merasakan akibatnya. Sekian banyak pengangguran yang
terjadi, dan sekian banyak produk yang tidak laku dijual.
Disamping masalah yang sangat besar
seperti contoh di atas, tidak jarang perusahaan dilanda oleh masalah yang
implikasinya hanya terbatas pada ruang lingkup satu perusahaan saja. Beberapa
contoh krisis yang dihadapi perusahaan adalah :
1) masalah pencemaran lingkungan oleh
pabrik.
2) masalah unjuk rasa oleh pekerja.
3) masalah produk yang tidak bisa
dipasarkan.
4) masalah kericuhan dengan pemerintah
dalam hal peraturan yang berkaitan dengan izin usaha.
Ø Definisi Krisis.
Krisis adalah situasi yang merupakan
titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah
buruk. Jika dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan menimbulkan
hal-hal seperti berikut :
- Intensitas permasalahan akan bertambah.
- Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui
media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
- Masalah akan menganggu kelancaran bisnis
sehari-hari.
- Masalah menganggu nama baik perusahaan.
- Masalah dapat merusak sistim kerja dan
menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
- Masalah yang dihadapi disamping membuat
perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi
panik.
- Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan
intervensi.
Level Perkembangan
Krisis.
Suatu krisis menurut pendapat Steven
Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam empat level perkembangan, yakni :
1. Masa
pre-krisis
Suatu krisis yang besar biasanya telah
didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya
atau munculnya pertanda ini disebut masa pre-krisis.Seringkali tanda-tanda ini
oleh karyawan yang bertugas sudah disampaikan kepada pejabat yang berwenang,
tetapi oleh pejabat yang berwenang tidak ditanggapi. Oleh karena sipelapor
merasa laporannya tidak ditanggapi dia ikut diam saja. Bila keadaan yang lebih
buruk terjadi dia lebih baik memilih diam daripada laporan dia tidak
ditanggapi.
Kasus terjadinya kebocoran gas racun
pabrik Union Carbide di Bhopal, India (terkenal dengan nama tragedy Bhopal)
yang merenggut lebih dari 2000 jiwa, telah diantisipasi oleh petugas. Kebocoran
yang terjadi di pabrik Union Carbide di tempat lain tidak diteruskan ke pabrik
di Bhopal. Laporan yang tidak disampaikan itu menyebabkan terjadinya malapetaka
tersebut.Cukup sering terjadi, malapetaka yang besar sudah deketahui gejalanya
oleh orang yang berwenang, tetapi didiamkan saja tanpa diambil tindakan. Kalau
sekiranya tindakan koreksi segera diambil maka kejadian yang akibatnya fatal
tersebut dapat dihindarkan. Mengatasi krisis yang paling baik adalah disaat
pre-krisis ini terjadi.
Seringkali suatu krisis sudah diantisipasi bakal terjadi, namun tidak ada cara
untuk menghindarinya. Misalnya kasus kapal di laut yang akan dilanda oleh
topan, dan tidak ada jalan keluar kecuali menghadapi topan tersebut. Namun oleh
karena sudah diantisipasi terjadinya, sang nakhoda akan lebih siap menghadapi
krisis tersebut. Misalnya mengarahkan kapalnya ke batu karang. Dari contoh ini kita
dapat menarik pelajaran bahwa menghadapi krisis yang tidak terelakkan bila kita
sudah tahu, kita akan lebih siap.
2. Masa Krisis
Akut (Acute stage).
Bila pre-krisis tidak dideteksi dan
tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling ditakuti akan terjadi.
Kasus biskuit beracun setelah korban berjatuhan, misalnya cepat sekali mendapat
sorotan media massa sebagai suatu berita yang hangat dan masuk halaman pertama.
Keadaan yang demikian akan menimbulkan suasana yang paling kritis bagi perusahaan,
khususnya bagi perusahaan yang produknya tercemar racun. Informasi tersebut
berkembang dengan cepat dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut. Setelah itu
berkembang masalah baru berupa ‘rumor’ bahwa banyak makanan lain yang ikut
tercemar.
Beberapa bahan makanan yang dilaporkan
tercemar racun adalah minyak goreng, bakso, bakmi, rokok, dan beberapa jenis
jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan merembet ke makanan yang sejenis
Hal ini disebut dengan proses generalisasi. Fenomena generalisasi ini juga
terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di tempat lain, atau pabrik yang
memproduksi barang yang hampir sama.
Pada masa krisis akut ini tugas utama
perusahaan adalah menarik produk secepat mungkin agar tidak ada lagi korban
yang menjadi korban produk. Pada masa ini tugas perusahaan bukanlah
diprioritaskan untuk mencari penyebab kenapa masalah itu terjadi. Tetapi tugas
pokoknya adalah mengontrol semaksimal mungkin agar jatuhnya korban dapat
ditekan.Masa krisis akut ini jika dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh
lebih singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling
melelahkan anggota tim yang menangani krisis.
3. Masa kronis
krisis.
Masa ini adalah masa pembersihan akibat
dari krisis akut. Masa ini adalah masa ‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa
krisis sampai terjadi. Masa ini bagi mereka yang gagal total menangani krisis
adalah masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan perusahaan. Bagi
mereka yang bisa menangani krisis dengan baik ini adalah masa yang
menenangkan.Masa kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa
kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
4. Masa kesembuhan dari krisis.
Masa ini adalah masa perusahaan sehat
kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar
bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk
menghadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar